Melejitkan Potensi Diri

Dipublkasikan di Jurnas, 5 Desember 2010

Judul : The Quantum Success: Rahasia Besar Berdoa dan Menjadi Sukses

Penulis : Agus Suryo Sulaiman

Penerbit : Elex Media Komputindo

Cetakan : I, Agustus 2010

Tebal : xxv + 248 halaman



ADA banyak orang yang bercita-cita ingin sukses, tapi selalu berakhir dengan kegagalan. Putus asa pun tak ayal sering kali terjadi. Padahal, rasa putus asa sesungguhnya tidaklah tepat. Sebab, ia justru akan menambah masalah baru. Bukankah pepatah bilang, kegagalan adalah guru yang paling mulia?

Mereka yang pernah mengalami kegagalan dalam perkara bisnis, misalnya, sejatinya tidak lantas putus asa. Di balik kegagalan, tersimpan banyak pelajaran berharga yang mesti diserap secara positif. Dengan kegagalan, mungkin kita hendak diajari agar lebih tegar, kuat, dan tambah gigih dalam menjalankan aktivitas keseharian.

Dari sanalah, agar semangat tidak kendur, ada baiknya kita menyadari sekaligus membangkitkan kembali potensi diri yang dimiliki setiap insan. Di buku inilah, disajikan perangkat-perangkat potensi diri yang sangat potensial dapat menyemangati hidup kita dalam meraih sukses. Inilah yang disebut dengan quantum succsess.

Agus Suryo Sulaiman, dalam buku ini mendedahkan setidaknya ada lima kekuatan (power) dalam diri yang dapat melejitkan seseorang menjadi sukses. Pertama, thingking power, berkaitan dengan quantum produk organ otak yang canggih superdahsyat. Menurut penulisnya, kekuatan pikiran adalah energi quantum dengan gelombang vibrasi yang tinggi, hingga dapat dimanfaatkan untuk berpikir keras dalam memperoleh ide-ide brilian.

Kedua, feeling power, atau biasa pula disebut emotion power, merupakan energi quantum produk organ jantung, yang konon mempunyai gelombang elektromagnetik lebih besar dari gelombang elektromagnetik bumi. Kekuatan perasaan ini dalam mengiringi kesuksesan setiap individu, berfungsi sebagai bom motivasi untuk membentuk "aura positif"--meminjam istilah Rhonda Byrne--pada diri.

Ketiga, character power, terkait kepribadian Anda yang memastikan keberlangsungan langkah sukses pada thingking power dan feeling power. Menurut Agus, tokoh-tokoh yang sukses di belahan dunia mempunyai satu kesamaan: tangguh dalam berkarakter. Ini bukan berarti mereka orang-orang yang tidak pernah gagal. Sebaliknya, pribadi-pribadi sukses adalah pribadi-pribadi dengan karakter baja. Jadi, dalam diri kita, ada potensi sukses berupa kekuatan karakter ini, yang menjadi cermin dari kesungguhan pikiran dan perasaan.

Keempat, action power, sebagai bentuk wujud riil dari kekuatan visible. Kekuatan ini merupakan aplikasi dari stimulasi yang dibangun dari semua kekuatan-kekuatan potensi dalam diri. Kelima, science essence, dimaksudkan untuk menjadi pemandu empat potensi yang sebelumnya telah disebutkan (pikiran, perasaan, karakter, dan tindakan). Bagi Agus, sekuat apa pun, empat pilar potensi Anda itu, dibutuhkan satu esensi ilmu sebagai cahaya penerang dalam langkah Anda (hlm 16).

Keempat pilar potensi sukses itu, konon sudah ada sejak semesta ini diciptakan, yang difungsikan dengan sangat baik oleh mereka para tokoh besar di belahan dunia. Di alam semesta ini, menurut Agus, bertebaran ilmu sukses. Alam semesta selaras dengan keberlimpahan. Dan ilmu sukses terhampar di dalam kehidupan kita.

Kegagalan yang Menguntungkan

Maka, berikutnya, setelah merumuskan potensi-potensi diri tersebut, barulah langkah selanjutnya perlu dibarengi dengan doa kepada Sang Khalik, agar segala tindakan diberkahi. Sebagai motivator, Agus mengingatkan hal penting kepada kita semua. Menurutnya, menjadi sukses bukan perkara gelar apa yang kita sandang, dan bukan pula tentang siapa kita. Sukses adalah to be-to do-to have (menjadi-melakukan-memiliki). Ini adalah tentang Anda menjadi apa, melakukan apa, dan baru memiliki yang dimiliki orang-orang sukses.

Sukses, pada dasarnya bermula dari sekadar ide-ide, gagasan, kreasi, dan kreativitas. Sebab, karya-karya besar di dunia pada awalnya adalah ide-ide itu sendiri. Wright mempunyai ide terbang, maka jadilah sukses manusia menaklukkan angkasa. Begitu pula dengan Thomas Alva Edison, sang penemu cahaya lampu (hlm 201).

Jadi, buku ini mengajak kita semua untuk tidak putus asa dalam menjalankan hidup, walau kegagalan sering kali mendera. "Kegagalan adalah guru yang paling baik," begitu kata pepatah. Yang terpenting, hendaknya setiap insan menjadikan kegagalan demi kegagalan itu sebagai koreksi diri, evaluasi, dan introspeksi untuk perbaikan di masa-masa yang akan datang.

Kegagalan dalam bisnis, misalnya, adalah hal yang lumrah terjadi. Tidak heran, bila Rhonda Abrams dalam buku populernya, The Owner's Manual for Small Business, menyatakan bahwa kegagalan adalah kata tabu dalam bisnis-tidak sopan bila kita menyebutnya. "Namun jika Anda berada dalam dunia bisnis, cepat atau lambat, Anda pasti akan mengalami kegagalan. Saya juga demikian. Saya pernah gagal dalam transaksi besar.... Namun, terkadang "kegagalan-kegagalan" ini terbukti menguntungkan; mendorong saya mempelajari kembali semua tujuan, keputusan, dan metode yang saya gunakan. Selanjutnya, saya mampu memilih jalur yang berbeda--yang lebih baik," tulisnya dalam buku itu.

Penulis buku ini selalu mengajak sekaligus meyakinkan pembacanya bahwa semua orang mempunyai potensi yang sama untuk meraih sukses. Kini, bergantung pada masing-masing individu, apakah potensi yang memang ada di dalam diri ini difungsikan, atau sebaliknya.

*Ali Usman, pencinta buku, pegiat Espeje Community di Yogyakarta

http://www.jurnalnasional.com/show/newspaper?rubrik=Pustaka&berita=150513&pagecomment=1


Tidak ada komentar:

Posting Komentar