Ancaman Kematian Dini bagi Laki-laki





















D
ipublikasikan di Koran Jakarta, 15 Maret 2010

Judul : Why Men Die First

Penulis : Marianne J. Legato

Penerjemah : Ambhita Dhyaningrum

Penerbit : Daras Books

Cetakan : I, Desember 2009

Tebal : 282 halaman


Mengapa populasi penduduk bumi lebih didominasi oleh kaum hawa atau perempuan dibanding laki-laki? Jawaban awam selalu berpangkal pada tesis bahwa karena tingkat kelahiran di dunia ini lebih banyak perempuan daripada laki-laki. Secara alamiah, jawaban ini barangkali ada benarnya. Tetapi apakah hanya semata-mata karena alasan itu?


Buku setebal 282 halaman ini memberikan pilihan jawaban lain. Marianne J. Legato, penulisnya, mendedahkan temuan-temuan ilmiah yang cukup mencengangkan. Menurut dokter, yang diakui secara internasional, penulis dan juga dosen ini, tingkat populasi manusia yang didominasi kaum hawa sebenarnya juga dimungkinkan karena faktor kematian dini laki-laki dibanding perempuan, sehingga mempengaruhi penghitungan jumlah statistik.


Lalu bagaimana membuktikan kebenaran tersebut? Sesuai dengan kapasitasnya sebagai dokter dan penulis, Marianne meneliti dan menganalisis secara medis, yang pada akhirnya berkesimpulan, bahwa mayoritas laki-laki meninggal dunia akibat penyakit jantung, bahkan lelaki yang masih berusia muda. Penyakit lain yang kerap menjadi pemicu dan menimbulkan kematian dini pada laki-laki adalah kanker, stres, depresi, dan penuaan dini.


Dalam buku ini, Marianne tidak hanya berhenti pada analisis deskriptif tentang temuan-temuan mencengangkan kematian laki-laki, tapi juga bergerak pada bagaimana seharusnya kaum adam itu menghadapi penyakit yang menjadi ‘hantu’ menautkan itu. Bagi Marianne, menjaga kesehatan merupakan harga mati yang tidak bisa ditawar-tawar.


Pencegahan lain dapat dilakukan sejak bayi laki-laki itu dilahirkan hingga bagaimana ia nanti jika telah dewasa terus dapat menjaga kesehatan tubuh dan pikiran. Itu sebabnya, mewaspadai dari serangan penyakit bagi kaum lelaki sungguh sangat penting. Apalagi, dalam tatanan masyarakat patriarkis, laki-laki sebagai pemimpin dan tulang punggung keluarga.


Pada konteks itu, Marianne menyentil pembacanya dengan statemen-statemen provokatif. Misalnya, ia mengatakan, jika benar bahwa kaum laki-laki adalah pemimpin dunia, maka hal ini (kematian dini pada laki-laki) akan menjadi sebuah persoalan yang serius. Padahal, kaum perempuan mampu bertahan hidup sepuluh tahun lebih lama. Apakah hal ini disebabkan oleh faktor biologis bawaan yang tidak dapat diubah, ataukah akibat fungsi peran yang dipegang oleh kaum laki-laki dan cara mereka melakukannya?


Laki-laki diajari untuk tidak mengeluh, untuk mengabaikan rasa sakit dan luka, dan pantang menolak jika diminta untuk melakukan tugas-tugas yang sulit dan berbahaya demi menjaga kestabilan masyarakat. Tampaknya elemen-elemen ini jugalah yang memberikan kontribusi terjadinya kematian dini pada kaum lelaki (hlm. 8).


Karena itu, tak ayal lagi, buku ini memadukan analisis kesehatan medis (fisik) dan mental, yang sangat layak dibaca oleh mereka yang peduli terhadap kesehatan. Penting dibaca oleh segala jenis umur agar dapat menjaga kesehatan dengan baik. Setidaknya, kita dapat melakukan langkah-langkah preventif sebelum penyakit itu benar-benar datang terjadi. Semoga.

*Ali Usman, Pustakawan, tinggal di Jogjakarta


Tidak ada komentar:

Posting Komentar